RIMA
DAN RITME MAMPU MENIMBULKAN RASA HARU DALAM SEBUAH PUISI
"Pak, bagaimanakah
sebaiknya menulis puisi, agar puisi itu menarik menawan dan memukau?"
Itulah salah satu
pertanyaan yg pernah disampaikan oleh seorang pemula kepada saya. Waw,
bagaimana cara menjawabnya? Saya sendiri belum yakin bahkan tidak yakin bahwa
puisi saya itu menarik, jauh lagi menawan dan memukau. Namun untuk sekedar
berbagi. Inilah jawaban saya.
Yang membuat pembaca tertarik, tertawan dan terpukau pada sebuah puisi adalah karena puisi itu menimbulkan rasa haru bahkan mampu menggetarkan hati pembaca. Lalu? Apakah yang mampu menimbulkan rasa haru itu? Yang menimbulkan rasa haru itu adalah karena adanya estetika puisi dalam penggunaan unsur bunyi dan diksi, rima, ritme, imaji dan majas secara tepat, optimal dan proporsional
Diksi itu kan sama dengan kata? Lalu kenapa diksi atau kata bisa menimbulkan rasa haru? Memang benar diksi adalah kata, tetapi bukan sembarang kata yang bisa menimbulkan rasa haru. karena diksi adalah kata-kata yang sengaja dipilih oleh penulis agar bisa membuat puisinya berasa puitis. Dalam hal ini penulis bisa memilih kata-kata biasa, bisa juga menggunaan kata ungkapan perumpamaan yang lazim disebut metafor. Lalu apa pula hubungannya dengan unsur bunyi, rima, ritme, imaji dan majas? Kaitannya adalah pada saat memilih dan menetapkan diksi yang akan dipakai, perlu juga memperhatikan kekuatan bunyi yang ada pada kata-kata tsb. Misalnya kita akan memilih antara frasa 'bunga' yang bersinonim dengan 'kembang'. Mana yang akan dipilih? Kedua kata itu bersinoim tentu mempunyai arti yang sama. Pemilihannya sangat berkaitan dengan pemanfaatan unsur bunyi. Jelasnya ini berhubungan dengan rima dan ritme. Rima dan ritme keduanya adalah termasuk 9 unsur intrinsik pembangun puisi yang diperlukan dalam menulis sebuah puisi. Keduanya ditandai dengan adanya pengulangan bunyi vokal, bunyi diftong, bunyi sengau dan pengulangan bunyi konsonan. Termasuk juga pengulangan bunyi frasa dan bunyi klausa, bahkan pengulangan larik secara utuh. Lalu? Bedanya di mana?
Jika kita membicarakan
pengulangan bunyi yang ada di akhir larik, di awal larik, di tengah larik, itu
berarti kita sedang membicarakan Rima. Rima itu ada yang disebut Rima Akhir,
Rima Awal dan Rima Tengah. Penyebutan itu sesuai dengan tempat rima tsb berada
dalam sebuah larik. Termasuk juga pengulangan bunyi yang terdapat dalam satu
larik yang sama, yang ini disebut dengan Rima Asonansi dan Rima Aliterasi. Rima
Asonansi adalah pengulangan bunyi vokal pada dua atau beberapa kata yang berada
dalam satu larik yang sama. Sedang Rima Aliterasi adalah pengulangan bunyi
konsonan pada dua atau beberapa kata yang berada dalam satu larik yang sama.
Jika kita membicarakan
pengulangan bunyi yang ada dalam sebuah puisi, itu berarti kita sedang membicaralan
ritme. Pengulangan bunyi pada ritme itu berbeda dengan pengulangan bunyi pada
rima yang terbatas pada sebuah bait dalam setiap baitnya.
Pengulangan bunyi pada
awal larik yang berurutan membentuk sebuah majas, yaitu majas Majas Epistrofa.
Pengulangan bunyi yang ada di akhir larik yang berurutan membentuk Majas
Anaphora. Sedang pengulangan bunyi di awal dan di akhir larik yang berurutan
membentuk Majas Epanalepsis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar