MENULIS
PUISI
Pada awalnya kita menulis sebuah puisi hanya dengan menulis, menulis,
menulis dan terus menulis. Menulis untuk mengungkapkan perasaan kita,
menuliskan suara hati, kata hati kita sendiri. Itu kita lakukan tanpa mempersulit
diri dengan berbagai teori menulis puisi. Karena memang motif dasar orang
menulis puisi adalah untuk mengungkapkan perasaannya melalui media puisi. Dalam
hal ini kita menulis puisi untuk mengungkapkan sesuatu yang menarik perhatian
kita, sesuatu yang menggugah hati kita, bahkan termasuk juga sesuatu yang
mengganjal hati kita. Sesuatu itu adalah yang sangat menarik hati, khususnya
apa yang dapat kita rasakan tentang apa yang kita lihat, apa yang kita dengar,
apa yang kita raba, apa yang kita cium, pokoknya sesuatu yang membuat kita
tertarik, sesuatu yang memicu kita ingin menulisnya menjadi sebuah puisi. Selanjutnya
barulah kita memikirkan bagaimana caranya agar puisi kita itu terasa semakin
puitis, bisa diterima dan dinikmati oleh pembaca.
Bagaimana caranya?
Pertama-tama kita membaca kembali puisi itu,
bahkan kita bisa membacanya berkali-kali. Kita juga harus menandai dan
menyunting beberapa kata yang perlu diperbaiki, beberapa kata yang perlu kita
buang, beberapa kata yang perlu kita pertajam, bahkan kita juga perlu membuang
beberapa kata agar puisi kita terasa lebih puitis, lebih menggigit, dan lebih
memukau pembaca. Kedua kita perlu menuliskan pengulangan bunyi meliputi bunyi
vokal, bunyi diftong. bunyi sengau dan bunyi konsonan sehingga membentuk rima.
Rima itu biasanya ada di akhir larik namanya rima akhir. Atau di awal larik
namanya rima awal, bisa juga di tengah-tengah larik. Tetu saja rima itu harus
wajar, proporsional dan tidak dipaksakan.
"Kapan kita seharusnya mulai menulis puisi?"
"Kapan kita seharusnya mulai menulis puisi?"
Menulis puisi sebaiknya kita mulai pada saat kita menemukan inspirasi
untuk menulis puisi. Atau ketika saat terlintas dihati rasa perduli kita
terhadap sesuatu yang menyentuh hati kita, atau pada saat kita turut merasakan
perasaan orang lain, atau pada saat terlintas sesuatu yang berkaitan dengan
tema dan pesan puisi yang akan kita tulis berkaitan dengan tugas atau berkaitan
dengan lomba menulis puisi yang akan kita ikuti. Pada saat itulah harus memulai
menulis puisi, karena kalau tidak ditulis ide gagasan itu akan hilang begitu
saja. Biarkan gagasan itu tertuang di atas kertas, atau langsung saja kita
ketik di komputer, simpan di file kita dalam komputer. Setelah itu, tulisan itu
dapat kita perbaiki dengan memperhatikan pemilihan kata, susunan, rima/persajakan
dan ritme/irama, imaji dan majas yang tepat tanpa merubah gagasan awal.
"Bagaimana kita mendapatkan inspirasi?"
Inspirasi itu kita dapatkan dari berbagai sumber, di antaranya kita
dapatkan melalui buku-buku yang kita baca; melalui pengamatan fakta dan
meristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar kita; yang membuat kita bersikap
peduli turut merasakan kesedihan dan kegembiraan orang lain; termasuk juga
fakta peristiwa yang mengganjal di hati kita.
"Bagaimana seharusnya menulis judul puisi? Apa saja yang bisa kita
jadikan judul?
Bagaimana seharusnya ya?
Bagaimana seharusnya ya?
Sepertinya tak ada ketentuan khusus. Memang sebaiknya penulisan judul
puisi itu menyesuaikan ketentuan penulisan judul karangan menurut EYD. Tetapi
pada kebanyakan puisi, penulisan judul itu bervariasi. Ada yang semuanya
menggunakan huruf kapital. Ada juga yang sama sekali tidak menggunakan huruf kapital. Panjang
pendeknya pun bervariasi. Ada yang hanya terdiri dari satu kata saja seperti judul puisi Chairil
Anwar yang berjudul AKU. Ada juga judul puisi yang sangat panjang seperti puisi karya Hudan Nur
salah seorang penyair wanita yang berjudul:
JIKA KAMU SUNGGUH MENCINTAI UCAPKAN DENGAN
SELURUH HIDUPMU AGAR MENGHIDUPKAN SELURUH CINTA DALAM DIRI ORANG YANG KAMU CINTAI.
Yang jelas judul puisi biasanya mengemukaan suatu ide tentang sesuatu.
Bisa berupa nama orang, nama tempat, nama benda, bisa juga tentang fakta dan
peristiwa atau tentang suatu waktu. Yang jelas judul itu sebaiknya berkaitan
erat dengan tema, memancing rasa keingintahuan pembaca, mudah dimengerti dan
juga mudah diingat.
Yang terpenting puisi itu ditulis dengan menggunakan kata-kata yang
sengaja dipilih yang biasa disebut Diksi.
Yang dimaksud dengan diksi itu adalah kata-kata yang sengaja dipilih
oleh penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Kata-kata itu telah dipilih dengan
pertimbangan bahwa kata itu harus padat, berisi, dan puitis. Yang dimaksud
dengan kata-kata puitis itu adalah kata-kata yang indah, yang terkadang memukau
dan memesona. Meski itu hanya kata-kata biasa dan sederhana, tetapi begitu
dirangkai dengan kata yang lain, yang juga sederhana, mampu menggetarkan hati
pembaca dan menimbulkan rasa haru bagi yang membacanya.
Pemilihan kata-kata itu dilakukan dengan memperhatikan arti kata, baik
arti yang tersurat maupun arti yang tersirat, baik secara denotatif (makna
harfiah) maupun secara konotatif (makna kiasan). Misalnya arti kata kumbang dan
kembang. Kumbang secara denotatif berarti nama sejenis binatang, tetapi secara konotatif
kumbang bisa berarti seorang pemuda yang menawan. Dan kata kembang secara
denotatif adalah bunga, tetapi secara konotatif bisa berarti seorang gadis
jelita.
Kata biduk arti denotatifnya adalah sebuah perahu atau sebuah kapal,
tetapi secara konotatif bisa berarti sebuah rumah tangga yang tengah mengarungi
lautan kehidupan, bahkan bisa berarti suatu bangsa dan negara yang sedang
berjuang menegakkan kemerdekaannya.
Kata-kata itu segaja dipilih oleh penyair agar bisa berfungsi untuk menyampaikan
maksud atau makna puisi. Atau yang biasa disebut amanat dan pesan moral yang
ingin disampaikan kepada khalayak melalui pembaca. Tentu saja kata-kata itu
harus enak dibaca, enak didengar, dan memiliki nilai estetika. Kata-kata itu
bisa kata benda, perasaan dan bisa juga simbol-simbol yang punya makna khusus.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar