menu

Kamis, 07 Juli 2016

RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 12



RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 12


       Abah membawa piring gado-gado dan satenya menuju ke dapur. Ia sengaja menjauh agar Ayu dan Guru Ibas itu bisa lebih santai dan leluasa mengeluarkan isi hati masing-masing. Sepertinya makan gado-gado sepiring berdua ini bukanlah pilihan yang salah bahkan sudah menjadi sebuah keharusan. Dengan demikian semua kegalauan kebekuan yang ada di hatinya belakangan ini bisa tercairkan karenanya. Semua uneg-uneg dan ganjalan yang mengganggu bisa dihilangkan. Semua kelesuan bisa segar kembali. Semua kebimbangan yang ada di hati keduanya belakangan ini bisa berbunga-bunga kembali. Itulah harapan Abah dan itu juga harapan Ayu dan Bram. Tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan tetapi memerlukan proses. Salah satunya melalui makan sepiring berdua itu.

Rabu, 29 Juni 2016

PENGGUNAAN MAJAS DALAM MENULIS SEBUAH PUISI



PENGGUNAAN MAJAS DALAM MENULIS SEBUAH PUISI


           Yang dimaksud dengan Majas di sini adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan, tamsil ibarat atau perumpamaan, kata-kata bukan dalam arti yang sebenarnya. Menulis sebuah puisi memang memerlukan penggunaan majas. Kenapa? Karena sebuah puisi akan lebih berasa, indah dan puitis bila menggunakan majas. Karena fungsi majas memang untuk memberi keindahan dan keselarasan dalam sebuah puisi. Sebuah majas penuh dengan konotasi akan mampu memikat hati pembaca secara indrawi. Di samping itu penggunaan majas mampu menghidupkan, meningkatkan efek dan konotasi tertentu. Majas juga mampu membuat puisi memancarkan banyak makna. Di samping itu penggunaan majas dalam sebuah puisi akan menghasilkan kesenangan imajinatif dan imaji tambahan dalam sebuah puisi, dapat menambah intensitas perasaan penyair dalam menyampaikan makna dan menyampaikan sikap penyair serta dapat menyampaikan sesuatu yang luas dengan bahasa yang singkat dan padat.

Minggu, 26 Juni 2016

AMANAT DAN PESAN MORAL DALAM SEBUAH PUISI



AMANAT DAN PESAN MORAL DALAM SEBUAH PUISI
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
        Amanat dan pesan moral yang terkandung dalam sebuah puisi adalah pesan, nasihat dan keinginan penyair yang ingin disampaikannya melalui karya puisi yang ditulisnya. Dengan kata lain amanat inilah yang memotivasi penyair menciptakan sebuah puisi. Amanat dan pesan moral, baik yang tersurat maupun yang tersirat, mungkin secara sadar sudah ada di dalam pikiran penyair. Karenanya semua diksi, citraan dan majas yang digunakan tentu sudah sejalan dengan amanat dan pesan moral yang ingin disampaikan. Itu berarti dalam menulis puisi penyair seyogyanya mempertimbangkan diksi dan ungkapan yang dapat mengarahkan pembaca kepada amanat dan pesan moral yang ingin disampaikannya. Minimal tidak menyimpang ke arah lain. Tetapi pada kenyataannya banyak penyair yang tidak menyadari tentang hal itu. Kenapa? Karena banyak penyair yang menciptakan sebuah puisi hanya dengan menulis tanpa memikirkan tema, amanat dan pesan moral yang diinginkannya dengan menulis puisi itu. Menurutnya yang terpenting adalah berkarya dengan menulis kata-kata yang terlintas di dalam benaknya. Soal makna, tema, amanat dan pesan moral yang tersurat di dalam puisinya, biarlah pembaca yang mencari sendiri dalam puisi yang ditulisnya itu.

Jumat, 24 Juni 2016

RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 11



RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 11


       Ayu mengunci pintu rumah Bram lalu menghidupkan mesin kendaraaannya dan langsung menuju ke warung katupat Acil Mirna. Dia sengaja tidak makan di warung itu tetapi ia hanya membeli katupat dua porsi, satu untuknya dan satu lagi untuk Abah, lalu ia pulang. Hanya dalam hitungan menit ia sudah sampai di rumah. Saat itu Abah sedang asik menonton tv sambil minum kopi. Sedih juga hatinya melihat tayangan berita di televisi itu. Di mana-mana selalu saja masalah banjir yang diberitakan. Bukan hanya di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang dilanda banjir, beberapa daerah di Kalimantan Selatan juga ada yang dilanda banjir. Kota Banjarbaru yang selama ini tak pernah kebanjiran ternyata tahun ini juga ikut dilanda banjir. Ternyata bukan hanya banjir, tetapi juga tanah longsor terjadi di beberapa daerah lainnya. Tiba-tiba ia terkejut melihat Ayu sudah duduk di sampingnya.

Sabtu, 18 Juni 2016

RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 10



RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 10

10

       Pagi ini Dewi tidak seperti biasanya. Ia baru keluar dari kamarnya setelah lewat pukul tujuh, bahkan hampir pukul delapan. Dilihatnya pintu kamar Bram masih tertutup rapat. Barangkali saja ia masih tidur. Sebenarnya ia mau mengajak Bram sarapan pagi nasi goreng istimewa buatannya. Atau kalau perlu dia sendiri yang membawa makanan itu ke kamar Bram untuk sarapan bersama.  

Jumat, 17 Juni 2016

RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 09



RINDU DI BUMI AMUK HANTARUKUNG BAGIAN 09

09

       Diam-diam Bram keluar mencari warung kopi tetapi tak jadi karena ada Iras duduk seorang diri di luar. Nampak Iras cukup gelisah tentu sedang menantinya dari tadi.

       “Kak Bram mau pergi lagi ya?”
       “Tidak ke mana-mana,” jawabnya bohong. Sebenarnya ia memang mau pergi.
       “Ah tidak usah ngeles. Pasti mau keluar kan?” 

Rabu, 15 Juni 2016

Haruskah Aku?



Haruskah Aku?
Cerpen: Hamberan Syahbana

      Kuperhatikan belakangan ini ada yang berubah pada ayah angkatku ini. Dia sudah berubah menjadi orang lain. Padahal selama belasan tahun ia adalah seorang ayah yang baik, ayah yang sangat penyayang. dan selalu memanjakanku. Mau apa saja aku tinggal bilang. Dia juga telah mencukupi segala keperluanku. Mulai dari kebutuhan makan minum, pakaian sampai pendidikanku hingga semester akhir perkuliahanku.. Dia juga tak segan-segan mengeluarkan biaya yang kuperlukan berapa pun besarnya. Tetapi, kini ada yang sangat berubah, dia mencoba menjaga jarak. Ini terlihat jelas pada sikap dan tingkah lakunya yang serba kaku kepadaku. Begitu juga sikapku. Diantara kami seakan-akan ada jurang pemisah yang dalam. Bicara hanya seperlunya. Tak terdengar lagi kata sayang yang dulunya begitu akrab ditelingaku. Dan akupun tak pernah lagi bermanja-manja.